Nazarudin, Suaranya Merdu Juga
Semalam, diantara kantuk dan penasaran, saya mencoba tetap bertahan untuk menonton TV One. Setelah tertinggal beritanya di Metro TV, saya bertekad untuk tetap mendengarkan “celoteh” dari orang yang fenomenal saat ini.
Saat mendengar suaranya, saya sempat miris saja. Raganya entah ada dimana, tetapi suaranya menggema seantero Indonesia Raya. Mebeberkan kasus yang masih tetap hot di tanah kelahirannya. Meski dalam keadaan kantuk, ada beberapa hal yang membuat otak saya mikir juga.
Ada pepatah yg bilang, diam itu emas. Tapi, ada juga yang bilang diam-diam menghanyutkan. Nah, menurut saya Nazarudin itu adalah termasuk pepatah yang kedua. Sekian lama dinanti dan dicari, begitu keluar dan berbicara, bikin banyak kuping orang yang disebut mungkin seperti terbakar. Kalau kata O.C Kaligis, pengacaranya di Indonesia, sekali Nazarudin bicara dan mengaku bisa mengguncang seluruh Indonesia. Ada benarnya juga, meski tidak sampai sedalam yang diperkirakan.
Masyarakat pun kini diberi semacam pandangan baru tentang kondisi Partai yang tengah berkuasa di pemerintahan sekarang itu. Dalam pernyataannya, mantan bendahara Partai Demokrat itu kembali berbicara soal isu politik uang pada tim sukses Anas saat Kongres di Bandung. Disebutkan ada dana Rp7 miliar yang mengalir ke tim sukses Anas saat Kongres Bandung. Sementara jumlah total uang yang dibagi-bagikan dalam kongres pemilihan tersebut mencapai Rp 50 miliar. Jumlah yang bikin saya geleng-geleng kepala.
Menurutnya, uang itu berasal dari proyek wisma atlet SEA Games. Meski sebelumnya, isu ini sempat dilontarkan Nazaruddin di pesan BlackBerry Messenger (BBM) tetap saja apa yang dikatakan itu menjadi menarik sebab menyangkut banyak pihak terutama para petinggi di Partai yang pernah menaunginya.
Selain itu, Nazarudin juga tidak mau sendiri, dia membawa serta nama beberapa orang di luar Partainya. Ada nama Wayan Koster, Angelina Sondakh, Ade Raharja bahkan Chandra Hamzah. Nama-nama tersebut bukan saja berasal dari partainya sendiri, tetapi juga lintas partai bahkan lintas institusi. Tak terbayangkan, apa rasa dan warna wajah mereka begitu nama-nama itu disebutkan.
Tapi, sebagaimana kebanyakan politisi, wajah adalah salah satu hal yang harus diperhatikan dan dijaga baik-baik, selain suara. Sekali wajah itu terlihat aneh, maka akan terpampang banyak kemungkinan di sana. Demikian juga suara. Intonasinya berubah sedikit saja, bisa ada banyak dugaan akan tercetus di sana.
Nazarudin yang jauh di mata, dekat di telepon itu, suaranya terdengar dengan intonansi yang sama. Bahkan di dua acara beda yang menayangkan suaranya. Yang diceritakan juga sama. (kecuali dia niat merekam suaranya sendiri atau punya catatan apa-apa saja yang harus dibicarakan). Saya bukan ahli pengenal atau pembeda wajah dan suara, tetapi dari banyak hal yang saya perhatikan akhir-akhir ini, kadang hal tersebut justru yang bisa mengungkapkan sedikit kebenaran atau kesalahan dari proses panjang untuk membuktikannya.
Lalu, setelah kita mendengar cerita, mendengar suara dan melihat wajah-wajah yang disebutkan Nazarudin, adakah tindakan lain yang bisa dikerjakan untuk menuntaskan masalah? Apakah semangat memberantas yang tidak benar ini terus berkibar? Atau jangan-jangan menunggu 3 tahun lagi, ketika semua memang harus berakhir untuk digantikan yang baru. Suara dan wajah itu pun bisa terlupa saja seiring waktu.
Saat mendengar suaranya, saya sempat miris saja. Raganya entah ada dimana, tetapi suaranya menggema seantero Indonesia Raya. Mebeberkan kasus yang masih tetap hot di tanah kelahirannya. Meski dalam keadaan kantuk, ada beberapa hal yang membuat otak saya mikir juga.
Ada pepatah yg bilang, diam itu emas. Tapi, ada juga yang bilang diam-diam menghanyutkan. Nah, menurut saya Nazarudin itu adalah termasuk pepatah yang kedua. Sekian lama dinanti dan dicari, begitu keluar dan berbicara, bikin banyak kuping orang yang disebut mungkin seperti terbakar. Kalau kata O.C Kaligis, pengacaranya di Indonesia, sekali Nazarudin bicara dan mengaku bisa mengguncang seluruh Indonesia. Ada benarnya juga, meski tidak sampai sedalam yang diperkirakan.
Masyarakat pun kini diberi semacam pandangan baru tentang kondisi Partai yang tengah berkuasa di pemerintahan sekarang itu. Dalam pernyataannya, mantan bendahara Partai Demokrat itu kembali berbicara soal isu politik uang pada tim sukses Anas saat Kongres di Bandung. Disebutkan ada dana Rp7 miliar yang mengalir ke tim sukses Anas saat Kongres Bandung. Sementara jumlah total uang yang dibagi-bagikan dalam kongres pemilihan tersebut mencapai Rp 50 miliar. Jumlah yang bikin saya geleng-geleng kepala.
Menurutnya, uang itu berasal dari proyek wisma atlet SEA Games. Meski sebelumnya, isu ini sempat dilontarkan Nazaruddin di pesan BlackBerry Messenger (BBM) tetap saja apa yang dikatakan itu menjadi menarik sebab menyangkut banyak pihak terutama para petinggi di Partai yang pernah menaunginya.
Selain itu, Nazarudin juga tidak mau sendiri, dia membawa serta nama beberapa orang di luar Partainya. Ada nama Wayan Koster, Angelina Sondakh, Ade Raharja bahkan Chandra Hamzah. Nama-nama tersebut bukan saja berasal dari partainya sendiri, tetapi juga lintas partai bahkan lintas institusi. Tak terbayangkan, apa rasa dan warna wajah mereka begitu nama-nama itu disebutkan.
Tapi, sebagaimana kebanyakan politisi, wajah adalah salah satu hal yang harus diperhatikan dan dijaga baik-baik, selain suara. Sekali wajah itu terlihat aneh, maka akan terpampang banyak kemungkinan di sana. Demikian juga suara. Intonasinya berubah sedikit saja, bisa ada banyak dugaan akan tercetus di sana.
Nazarudin yang jauh di mata, dekat di telepon itu, suaranya terdengar dengan intonansi yang sama. Bahkan di dua acara beda yang menayangkan suaranya. Yang diceritakan juga sama. (kecuali dia niat merekam suaranya sendiri atau punya catatan apa-apa saja yang harus dibicarakan). Saya bukan ahli pengenal atau pembeda wajah dan suara, tetapi dari banyak hal yang saya perhatikan akhir-akhir ini, kadang hal tersebut justru yang bisa mengungkapkan sedikit kebenaran atau kesalahan dari proses panjang untuk membuktikannya.
Lalu, setelah kita mendengar cerita, mendengar suara dan melihat wajah-wajah yang disebutkan Nazarudin, adakah tindakan lain yang bisa dikerjakan untuk menuntaskan masalah? Apakah semangat memberantas yang tidak benar ini terus berkibar? Atau jangan-jangan menunggu 3 tahun lagi, ketika semua memang harus berakhir untuk digantikan yang baru. Suara dan wajah itu pun bisa terlupa saja seiring waktu.
Komentar
Posting Komentar