Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Manajemen Mutu Sekolah Lampung Zaman ‘Doeloe’!

Manajemen Mutu Sekolah Lampung Zaman ‘Doeloe’! Menurut H. Bambang Eka Wijaya, di Provinsi Lampung sebelum zaman merdeka ada sekolah dengan manajemen mutu yang baik. Lulusan SMP yang akan meneruskan ke sekolah jenjang setara SMA di Jawa harus selalu mengikuti tes untuk bisa langsung duduk di kelas 2. Sekolah madrasah Muhammadiyah di Talangparis, dekat Bukitkemuning yang didirikan oleh Dr. Rais Latief, alumnus Kairo (7 tahun) dan Mekkah (4 tahun), dengan didukung guru-guru lulusan dari Kairo, Mekkah, dan Perguruan Thawalib Padang Panjang. Pada tahun 1920-1930an, Perguruan Muhammadiyah Talangparis merupakan satu-satunya sekolah tingkat SMP yang ada di Lampung, selebihnya semua adalah tingkat sekolah rakyat. Tanpa kecuali di daerah tempat kantor pemerintah kolonial di Telukbetung dan Menggala, yang ada hanya sekolah setingkat SD yang berorientasi Belanda khusus bagi anak-anak ambtenar dan keluarga bangsawan. Dari keadaan tersebut kita dapat menarik hasil dari manajemen m...

tokoh pendidikan lampung

Gambar
Saat Tanah Air masih berbalut kolonialisme, Lampung Barat awal abad ke-20 sudah mengembangkan tradisi intelektual muslim yang tergolong luar biasa; diukur masa sekarang sekalipun. Di kawasan Talangparis bukit kemuning terdapat sekolah dan madrasah Muhammadiyah dengan deretan pengajar lulusan luar negeri. Salah satunya H. Rais Latief. Lahir awal abad lalu, sekitar tahun 1900, di Gedung Asin, Liwa, saat ini merupakan Desa Sebarus, 1 km dari Pasar Liwa. Setelah menyelesaikan sekolah rakyat di Liwa, Rais muda melanjutkan pendidikan ke sekolah agama Thawalib di Padang Panjang. Karena ketiadaan biaya, mereka kemudian kembali ke kampung membantu sang ayah berdagang kopi dan hasil bumi lain. Setelah memiliki cukup biaya transportasi, berangkatlah Rais menuju Kairo melanjutkan pendidikan dan tujuh tahun bermukim di sana. Selesai sekolah di Kairo, berangkat Rais ke Mekah memperdalam ilmu hadis. Di Mekah bermukim empat tahun sebelum akhirnya kembali ke Tanah Air. Dalam perjal...

Sejarah Bukit kemuning front utara gerilyawan kemerdekaan

Gambar
H. Muhammad Sai Sohar Riwayat Singkat Masa Kanak-kanak H. Muhammad Sai Sohar lahir pada tanggal 7 Oktober 1942 di Desa Lubuk Nambulan, Kecamatan Kikim, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Muhammad Sai Sohar adalah anak dari pasangan petani bernama H. Sohar dan Robiah. Saudara-saudara kandungnya bernama A. Damiri, Nuraini, dan Nurlin. D. Damiri bekerja sebagai guru Sekolah Dasar di Tebing Tinggi, Lahat, sebelum meninggal dunia pada tanggal 4 Agustus 1961 karena ditembak oleh gerombolan PRRI. Nuraini juga menjadi guru Sekolah Dasar dan menikah dengan Mayor R. Sugito, sedangkan Nurlin menikah dengan Suwarso BA dan menetap di Prabumulih. Sewaktu kanak-kanak Sai Sohar bersama 12 orang kawan-kawan sedesanya bersekolah di Desa Tanjungagung. Desa ini letaknya jarak sekitar 3 kilometer dari Desa Lubuk Nambulan dan harus ditempuh dengan berjalan kaki. Namun seiring dengan berjalannya waktu, dari ke-13 anak ini hanya tiga orang saja yang berhasil menamatkan Vervolk Scho...